Jumat, 06 Maret 2015


KESENIAN TEATER DAERAH KETOPRAK DARI JAWA TENGAH


A.     Pengertian Ketoprak

Ketoprak  merupakan seni pertunjukan rakyat tradisional yang sangat terkenal, khususnya di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY. Seni pertunjukan ketoprak lahir sekitar permulaan abad 20 di Klaten, Jawa Tengah.
      Beberapa informasi tentang arti Ketoprak dalam bukunya Seni Pertunjukan Tradisional, yaitu :

1.      Tulisan Kuswadji Kawindrasusanta yang disampaikan pada Lokakarya Kethoprak Tahap I tanggal 17 sampai 9 Februari 1974 di Yogyakarta, menyatakan bahwa kata kethoprak berasal dari nama alat yaitu Tiprak. Kata Tiprak ini bermula dari prak. Karena bunyi tiprak adalah prak, prak, prak.

2.      Serat Pustaka Raja Purwa jilid II tulisan pujangga R. Ng. Rangga warsita dalam bukunya Kolfbunning tahun 1923 menyatakan :
“Tetabuhan ingkang nama kethoprak tegesipun kothekan”, ini berarti kethoprak berasal dari bunyi prak, walaupun awalnya bermula dari alat bernama tiprak. Dan juga kethoprak berasal dari kothekan atau gejogan. Alat bunyi-bunyian yang berupa lesung oleh pencipta kethoprak ditambah kendang dan seruling.  Awalnya kethoprak dalam permainannya, selain juga menari, semuanya diberi bingkai yang sederhana, misalnya seorang istri mengirim makanan dan minuman untuk suaminya yang sedang bekerja disawah, gadis desa yang beramai-ramai menuai padi, dan sebagainya. Semuanya gerak diekspresikan melalui tari yang sangat sederhana. Pada saat itu alat pengiringnya adalah lesung. Oleh karena itu kesenian kethoprak pada mulanya adalah kethoprak lesung.
      Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kethoprak adalah seni pertunjukan teater atau drama yang sederhana yang meliputi unsur tradisi jawa, baik struktur lakon, dialog, busana rias, maupun bunyi-bunyian musik tradisional yang dipertunjukan oleh rakyat.
      Dalam sebuah artikel menyatakan bahwa Semula kethoprak merupakan hiburan rakyat yang diciptakan oleh seseorang di luar kerajaan. Mereka menyiapkan panggung dan berlagak menjadi raja, pejuang, pangeran, putrid, dan siapapun yang mereka inginkan. Pada perkembangannya, hiburan kethoprak juga dinikmati oleh anggota kerajaan. Dan di setiap penampilannya selalu ada pelawak yang membuat kethoprak terasa semakin hidup.

Dalam seni kethoprak ada beberapa hal yang ditemukan meliputi :

1.     Lakon
            Lakon dalam seni pertunjukan kethoprak adalah susunan peran dengan pola perwatakan yang permainannya, pembabakan dan pengadegan serta aspek-aspek lain yang bersangkutan dengan kebutuhan lakon, baik yang tertulis secara rinci maupun tidak berdasarkan cerita. Kadang-kadang dialog dalam susunan lakon ketoprak ditulis secara rinci, tetapi juga ada yang tertulis hanya garis besarnya.

2.     Pemain
            Pemain adalah orang-orang yang membawakan peran-peran dalam lakon.

3.     Dialog
            Dialog adalah percakapan antar pemain sebagai salah satu bentuk permainannya.

4.     Akting
            Akting adalah bentuk-bentuk dan sikap-sikap pemain ketika membawakan atau peran.

5.     Bloking
            Bloking adalah posisi pemain ketika bermain dalam pementasan.

6.     Rias
            Rias adalah coretan-coretan, baik pada muka pemain-pemain maupun pada anggota badan mereka, termasuk penataan rambut.

7.     Bunyi-bunyian
            Bunyi-bunyian adalah suara-suara instrumental dan vocal, baik sebagai pengiring maupun ilustrasi babak, adegan maupun tekanan-tekanan gerak tertentu para pemain.

8.     Tradisi
            Tradisi adalah ketentuan-ketentuan yang sudah menjadi kebiasaan. Tradisi dalam kethoprak terutama tradisi jawa yang mencangkup bahasa, acting, bloking, busana, rias, setting, property, dan lain-lainnya.

B.      Asal Mula Ketoprak

Apabila membicarakan tentang sejarah kethoprak, sangat susah mencari kebenaran lahirnya kethoprak pada tahun berapa. Karena banyaknya pendapat yang berbeda-beda tentang asal mula kethoprak. Dalam sebuah artikel menyatakan Kethoprak adalah satu dari puluhan kesenian tradisional yang masih dapat bertahan hingga sekarang. Kesenian ini lahir sekitar tahun 1920 di Solo, namun mencapai puncaknya di Jogja sekitar tahun 1950an.

Beberapa sumber tentang asal mula kethoprak dalam buku Handung Kus Sudyarsana tahun 1989, antara lain:

1.      Hasil penelitian Bagian bagian Kesenian Jawatan Kebudayaan Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia, menyatakan bahwa Kethoprak lahir di Surakarta pada tahun 1908, yang diciptakan oleh Raden Mas Tumenggung Wreksodiningrat. Pada awal tahun 1908 Raden Mas Tumenggung Wreksodiningrat emngadakan latihan kethoprak. Dalam latihannya beliau menggunakan alat tetabuhan, seperti lesung, sebuah terbang (rebana), sebuah seruling. Pemainnya terdiri dari Mbok gendro alias Nyi Badur dan Ki Wisangkoro. Nama gending-gendingnya megamendung, kupu tarung, menyusul kemudian gending trim, bak-bak, simah-simah, bluluk Tiba, dan Randha Ngangsu. Lakon yang dibawakan menceritakan tentang seorang petani yang sedang mencangkul di sawah di susul istrinya dengan membawakan makanan. Pakaian yang digunakan adalah pakaian sehari-hari para petani. Alat yang di bawa saat adegan adalah cangkul (pacul dalam bahasa jawa) dan tenggok ( tempat yang biasanya digunakan untuk jamu gendhong), yang penampilannya dilakukan dengan menari. Kadang-kadang menarinya dilebih-lebihkan hingga lucu. Maka dari itu banyak penonton menyebut sebagai penonton badutan. Dialog yang digunakan adalah dalam bentuk nyanyian atau tembang (dalam bahasa jawa).

2.      Dalam buku jawa dan Bali dua Pusat Perkembangan Drama Tradisionil Zdi Indonesia, tulisan Sudarsono 1972 menyebutkan antara lain :
“Kethoprak merupakan tarian rakyat yang belum begitu tua usiannya, kethoprak merupakan drama tari kerakyatan yang sesungguhnya, diciptakan oleh Raden Mas Tumenggung Wreksodiningrat dari surakarta tahun 1914.”

3.      Dalam buku Ensiklopedia Umum, terbitan Kanisius, 1973 hlm.669 menerangkan: Kethoprak, sandiwara rakyat khas Jawa Tengah, waktu lahirnya, siapa penciptanya tidak dapat dinyatakan secara pasti. Cerita-ceritanya diambil dari dunia kaum tani dengan maksud memajukan pertanian, juga cerita-cerita sejarah. Pakaian pelakunya sangat sederhana, celana hitam sampai lutut (tapak belo), baju kurung dan kain kepala. Gamelannya terdiri atas lesung (alat penumbuk padi), kendang, rebana dan “Keprak”, yang diselingi bunyi pukulan lesung sehingga disebut kethoprak.
Ada yang menerangkan bKethoprak lahir lebih kurang pada tahun 1887 di suatu desa bagian selatan Yogyakarta dan berupa pertunjukan yang dimainkan oleh anak-anak pada terang bulan dengan iringan bunyi-bunyian lesung dan benda-benda bersuara lainnya yang dapat ditemukan. Kemudian diteruskan oleh orang-orang dewasa yang membawakan cerita simbolis dan berlatar belakang kehidupan kaum petani.

4.      Menurut Serat Pustaka Raja Purwa, lepas dari persoalan tempat lahir dan penciptanya, kethoprak benar-benar tumbuh dari rakyat dan untuk rakyat yang sebagian besar hidup dari pertanian. Dengan iringan lesung, seruling, keprak.
Dari beberapa pendapat di atas menurut penulis kethoprak masih belum jelas dimana, kapan, dan siapa yang menciptakannya. Menurut penelitian bahwa almarhum Raden Mas Tumenggung yang menciptakan pertama kali di surakarta (solo) dari hasil wawancara dari berbagai pihak masyarakat disana. Akan tetapi, kethoprak pada mulanya adalah dari para petani yang mengekspresikan kehidupan sehari-harinya dalam bentuk tarian dan nyanyian dengan iringan musik lesung dan keprak. Ini berarti bisa saja yang pertama kali menciptakan kesenian tradisional kethoprak adalah para petani itu sendiri dan dikembangkan oleh RMT Wreksodiningrat ke kota hingga sekarang.

Dalam Lokakarya kethoprak Tahap Ke-1 tahun 1974 di Yogyakarta yang diselenggarakan Bidang kesenian Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi DIY, telah disepakati periodisasi sebagai berikut :

1.      Tahun 1887-1925 periode Kethoprak Lesung, dengan ciri-ciri :

a.       Tetabuhan lesung

b.      Tari

c.       Nyanyian atau tembang

d.      Cerita

e.       Pakaian

2.      Tahun 1925-1927 periode Kethoprak Peralihan, dengan ciri-ciri :

a.       Tetabuhan campur (lesung, rebana, alat musik)

b.      Tari

c.       Nyanyian atau tembang

d.      Cerita

e.       Pakaian

f.        Rias

3.      Tahun 1927- sekarang periode Kethoprak Gamelan, dengan ciri-ciri :

a.       Tetabuhan gamelan

b.      Cerita

c.       Nyanyian atau tembang

d.      Pakaian

e.       Rias

Periodisasi berdasarkan ciri-ciri Kethoprak tersebut masih belum jelas dan masih membutuhkan penelitian. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan tentang periodisasi tersebut :

1.      Periode Kethoprak Lesung
      Periode ini lahir sekitar tahun 1887-1925 dengan menggunakan alat tetabuhan yang disebut lesung yaitu alat penumbuk padi yang terbuat dari kayu nangka atau jati. Di dalam perkembangannya ditambahkan alat bunyi-bunyi lain seperti potongan-potongan bamboo yang disebut kotekan.
      Kethoprak lesung ini adalah permainan para petani yang biasanya dilakukan pada malam hari saat terang bulan dan bernyanyi dengan iringan bunyi lesung dipukuli. Kemudian mereka kembangkan dengan beberapa penyanyi dengan menari dan membawa cerita tentang kehidupan para petani. Bentuk dialog yang di gunakan ada dua macam, yaitu tembang dan gancaran. Pakaian yang digunakan sangat sederhana. Kethoprak lesung berfungsi sebagai hiburan saja.

2.      Periode Kethoprak Peralihan
      Pada periode ini kethoprak beralih dari tetabuhan lesung ke tetabuhan campur. Yaitu alat musik yang digunakan sudah bertambah yang semula hanya instrument lesung sekarang ditambah dengan rebana dan biola. Lagu yang digunakan seperti pucung, mijil, dan lain-lain.
Pementasannya semakin bervariasi dengan berbagai dan tingkatan. Ceritanya beragam, seperti menceritakan cerita rakyat daerah jawa Tengah. Pakaian yang digunakan bertambah satu jenis. Selain menggunakan pakaian jawa juga menggunakan busana kethoprak yang sering disebut stambulan atau mesiran. Pementasannya semakin atraktif. Masih bertujuan sebagai hiburan.

3.      Periode Kethoprak Gamelan
      Pada periode ini kethoprak sudah tidak menggunakan instrument-instrument campur seperti pada kethoprak peralihan. Tetapi sudah menggunakan gamelan nada slendro dan pelog dan keprak. Cerita kethoprak pada periode ketiga tidak hanya cerita rakyat bahkan cerita-cerita ragam babad, sejarah, panji bahkan cerita-cerita luar negeri.
      Perkembangan cerita kethoprak makin diperkaya sebagai cerita fiktif, bahkan masih berbentuk naskah. Sebagian juga menggunakan latar belakang babad dan sejarah. Bahasa yang digunakan adalah bahasa jawa tingkat karma(halus), karma madya (sedang), ngoko (kasar) dan karma desa (halus untuk orang desa). Gending-gending yang digunakan semakin bervariasi.

C.    Ciri-ciri Ketoprak:

1.      Cerita

Biasanya sudah dikenal dalam masyarakat (legenda, dongeng, sejarah, babad dan fiktif) baik dalam negeri maupun luar negeri.

2.      Penyutradaraan

Naskah ketoprak dikenal dengan woss. Naskah ketoprak/woss berbeda dengan naskah lakon lainnya, dengan ciri-ciri:

·         Naskah singkat

·         Naskah sederhana

·         Naskah lengkap dengan dialog

3.      Dapukan (tokoh yang akan diperankan), baik terancang Maupin spontanitas. Dapukan disini bahsa lainnya adalah casting.

4.      Penuangan cerita, dapat perorangan ataupun bersama-sama.

5.      Pengaturan bagian- bagian yang lain dilaksanakan secara terancang maupun spontanitas.

6.      Pementasan dapat berjalan, meskipun dalang (sutradara) tidak mengendalikan.

7.      Konsep penyutradaraan tidak meninggalkan unsur:

o   Sereng (kereng/serius)

o   Sengsem (terhanyut, terlena)

o   Lucu dan bobot (isi)

8.      Penyutradaraan dilakukan secara luwes

9.      Jenis pakaian/ tata busana teater Ketoprak

Tata busana di bedakan menjadi:

1.      Jenis pakaian Kewajen (untuk upacara raja dan menteri-menterinya)

2.      Jenis pakaian Mesiran

-          Celana panjang gombyor

-          Kemeja panjang

-          Rompi

-          Jubah

-          Simbar, dibuat dari kain bludru yang dibordir (Ketoprak gaya Surakarta).

Jenis pakaian ini digunakan untuk cerita-cerita dari luar/mesiran. Misalnya dongeng dari cerita 1001 Malam, cerita Turki, dll.

3.      Jenis pakaian Basahan

Pakaian basahan adalah jenis gabungan antara pakaian kewajen dengan mesiran, bagian bawah menggunakan kain batik dan bagian atas menggunakan jubah. Pakaian ini digunakan untuk membawakan cerita khusus yang bernafaskan Islam. Misalnya cerita Menak (Wong Ageng Jayeng Rono), Cerita Wali, dll.

4.      Jenis pakaian Gedhog

Jenis pakaian ini terpengaruh dengan pakaian wayng orang, hanya disana sini ada perubahan-perubahan. Jenis pakaian Gedhog digunakan untuk membawakan certa-cerata mulai zaman sebelum Majapahit. Cerita-cerita tersebut antara lain:

§  Damarwulan

§  Cerita Panji

§  Pancapana Indrayana

§  Anglingdarma

Jenis pakaian ini mulai dikenal pada tahin 1958, pada waktu Ketoprak RRI Yogyakarta pimpinan Cokrojiyo mengadakan pementasan disebuah gedung pertunjukan. Dengan cerita Damarwulan

Pakaian Gedhog  antara lain:

§  Teropong (dapat berbentuk seperti candi, wayang)

§  Jamang dan sumping

§  Kelat bahu

§  Binggel dan gelang










D.  Jenis-jenis Ketoprak

1.    KetoprakLesung


Sesuai dengan namanya, alat musik yang dipergunakan dalam Ketoprak ini terdiri dari lesung, kendang, terbang dan seruling. Ceritera yang dibawakan adalah kisah-kisah rakyat yang berkisar pada kehidupan di pademangan - pademangan, ketika para demang membicarakan masalah penanggulangan hama yang sedang melanda desa mereka atau ceritera-ceritera tentang Pak Tani dan Mbok Tani dalam mengolah sawah mereka.
Oleh karena itu kostum yang dipakaipun seperti keadaan mereka sehari hari sebagai penduduk pedesaan, ditambah dengan sedikit make up yang bersifat realis.
            Untuk mementaskan Ketoprak Lesung dibutuhkan pendukung sebanyak ± 22 orang, yaitu 15 orang untuk pemain (pria dan wanita) dan 7 orang sebagai pemusik. Dalam pertunjukan ini tidak dikenal adanya vokalis khusus atau waranggana. Vokal untuk mengiringi musik dilakukan bersama-sama baik oleh pemusik maupun pemain.
            Pertunjukan Ketoprak Lesung ini menggunakan pentas berupa arena dengan desain lantai yang berbentuk lingkaran. Sampai sekarang Ketoprak Lesung yang ada masih mempertahankan alat penerangan berupa obor, tetapi ada juga pertunjukan Ketoprak Lesung yang menggunakan lampu.

Salah satu perbedaan Ketoprak Lesung dengan Ketoprak Gamelan adalah adanya unsur tari. Pada waktu masuk atau keluar panggung atau kegiatan lain pemain Ketoprak Lesung melakukannya dengan tarian yang bersifat improvisasi.

Lama pertunjukan Ketoprak Lesung ini tergantung pada kebutuhan. Bila diminta bermain semalam suntuk maupun setengah malam pemain ketoprak ini akan menyesuaikan diri dengan mengambil lakon yang tepat untuk itu, akan tetapi dengan catatan bahwa pertunjukan hanya dilakukan pada malam hari.

2.     Ketoprak Gamelan


Meskipun merupakan perkembangan lebih lanjut Ketoprak Lesung akan tetapi fungsi pertunjukan Ketoprak Gamelan ini tidak berubah, yaitu sebagai hiburan bagi masyarakat, yang kadang-kadang menyelipkan penerangan penerangan dari pemerintah kepada mereka.
            Hanya saja cerita yang dimainkan dalam Ketoprak Gamelan ini lebih banyak diambil dari ceritera babad tentang kerajaan-kerajaan yang pernah ada, terutama di Jawa. Untuk mementaskan Ketoprak diperlukan pendukung sebanyak kurang lebih 34 orang pemain, penabuh gamelan, waranggana, dan dalang.
            Lama pertunjukan untuk setiap pementasan mencapai 7 sampai 8 jam, dan bisa dilakukan baik siang maupun malam hari. Dalam pertunjukan Ketoprak ini para aktor biasanya berpedoman pada naskah singkat yang dibuat oleh dalang.

Naskah ini hanya memuat pedoman tentang adegan apa saja yang harus ditampilkan dari inti dan ceritera yang dipentaskan. Dialog, blocking dan lain-lain permainan di panggung sepenuhnya dilakukan oleh pemain secara improvisasi. Ketoprak ini menggunakan alat musik yang berupa gamelan Jawa lengkap pelog dan slendro, atau slendro saja.
            Para pemain Ketoprak memakai kostum dan make up yang bersifat realis sesuai dengan peran dan waktu ketika mereka tampil. Tempat pertunjukan berupa pentas berbentuk panggung dengan dekorasi (latar belakang) yang bersifat realis (sesuai dengan lokasi kejadian, misalnya di hutan, di kraton dan lain-lain). Demikian juga dialog yang diucapkan para pemainnya.
            Ketoprak Gamelan dapat dikatakan sebagai drama tradisional yang biasanya mengambil ceritera tentang kerajaan-kerajaan tempo dulu. Sebelum permainan utama ketoprak di mulai, biasanya disuguhkan terlebih dahulu pertunjukan extra berupa tari-tarian yang tidak ada hubungannya dengan ceritera yang akan dimainkan.

3.     Modernisasi Ketoprak


Seiring berkembangnya jaman, budaya-budaya tradisional harus dapat berkompromi dan beradaptasi dengan jaman sekarang agar mereka bisa bertahan. Modernisasi ini bertujuan agar budaya tradisional Indonesia tidak punah. Beberapa tayangan di televisi yang berhasil mempertahankan budaya ketoprak adalah Ketoprak   Jenaka, Ketoprak Humor, Ketoprak Canda, Ketoprak Jampi Stres dan Ketoprak Plesetan. Tayangan-tayangan televisi di atas telah dimodifikasi sedemikian sehingga mereka dapat beradaptasi dengan jaman sekarang, tetapi tidak kehilangan esensi mereka sebagai kebudayaan tradisional.
            Menurut data Survey Research Indonesia, salah satu lembaga pemeringkat acara televisi, akhir Juni 2000, rating (peringkat) Ketoprak Canda 5. Artinya, acara itu ditonton oleh 5% dari sejumlah pemirsa di beberapa kota yang disurvai. Sementara Ketoprak Humor mengumpulkan rating 9. Dari angka-angka di atas, dapat kita lihat bahwa modernisasi ketoprak di Indonesia cukup berhasil.




Foto-Foto Adegan Ketoprak






E.      Deskripsi Ketoprak
           Seni pertunjukan Kethoprak sering digunakan untuk menghibur. Kebiasaannya pertunjukan kethoprak sekarang diiringi dengan gamelan. Dalam struktur pementasan kethoprak sering kali mengalami sedikit perubahan dari tahun ke tahun. Semakin bervariasi gaya dan lebih atraktif dalam meainkan lakon. Cara pementasannya semakin modern.

Sekilas beberapa urutan struktur pementasan Kethoprak yaitu :

a.       Pertama, pembukaan yang biasanya menampilkan beberapa tarian seperti tari-tarian tradisional sebagai penghibur utama sebelum penampilan kethoprak dimulai.

b.      Kedua, penampilan lakon dalam cerita yang disampaikan kethoprak, biasanya bercerita tentang cerita-cerita rakyat, atau seputar kehidupan sehari-hari bahkan cerita-cerita ragam babad. Dengan diiringi instrument-instrument yang sekarang berkembang menggunakan gamelan dengan alat musik barat seperti biola. Kemudian diselingi adegan-adegan lawakan atau lelucon dengan menggunakan dialog tembang dan gancaran. Penampilannya diikuti dengan tarian-tarian yang sering kali dilebih-lebihkan. Tembang yang dinyanyikan seperti pucung dan mijil.

F.      Peran dan fungsi kesenian tradisional Ketoprak dalam kehidupan masyarakat
           Menurut Everett Rogers, dalam tulisannya tentang Communication strategis for agricultural development (diambil dalam Kasiyanto Kasemin, 1999). Media tradisional mempunyai potensi yang besar dalam mencapai tujuan-tujuan pembangunan, karena media ini mempunyai audiensi yang luas dan kredibilitas yang tinggi dimata orang pedesaan.
           Dari pernyataan di atas bahwa media tradisional memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat pada umumnya tanpa paksaan. Seperti halnya kethoprak, karena kethoprak merupakan media tradisional sangat melekat dalam kehidupan masyarakat.
           Media tradisional seperti kethoprak juga relatif murah dibandingkan media massa modern. Dan juga media tradisional lebih mudah diterima, relevan dengan budaya yang ada, menghibur, menggunakan bahasa lokal, fleksibel, komunikasi dua arah sehingga dapat mudah dinikmati oleh masyarakat. Oleh karena itu media tradisional seperti kethoprak berperan dalam berbagai aspek pembangunan sosial, ekonomi, budaya dan berperan sebagai media komunikasi di Jateng.

Dari uraian mengenai sejarah kethoprak. Peranan dan fungsi Kethoprak dalam kehidupan masyarakat, menyebabkan Kethoprak tetap hidup dan berkembang sesuai dengan zamannya. Seni pertunjukan Kethoprak merupakan sarana komunikasi maupun informasi yang tradisional dalam penyampaiannya dalam masyarakat.

Mengutip pendapat dari Ismaun dan Martono (1989/1990) dalam bukunya Drs. Sujarno mengatakan bahwa pada dasarnya seni pertunjukan tradisional secara umum mempunyai empat fungsi utama yaitu :

1.      Fungsi sarana upacara

2.      Fungsi hiburan pribadi atau tontonan

3.      Fungsi pendidikan sebagai media tuntunan

4.      Fungsi sebagai media kritik social

Berdasarkan atas fungsi diatas, seni pertunjukan kethoprak mempunyai fungsi dalam kehidupan masyarakat sebagai berikut :

1.      Kethoprak sebagai fungsi ritual

Pada awalnya tumbuhnya seni tradisi bermula dari adanya keperluan-keperluan ritual. Seni yang dimunculkan biasanya dianalogikan dalam suatu gerak, suatu, ataupun tindakan-tindakan tertentu dalam suatu upacara ritual. Kesenian pertunjukan tradisional Kethoprak berfungsi sebagai ritual yaitu sebagai salah satu prasyarat dalam sebuah acara.
Kethoprak masih banyak ditampilkan untuk upacara-upacara ritual. Untuk memenuhi fungsi ritual ini,seni pertunjukan yang ditampilkan biasanya masih berpijak kepada aturan-aturan tradisi yang berlaku. Seperti untuk pementasan kethoprak sebelum pertunjukan dimulai dilengkapi dengan beberapa sesaji yang harus dipenuhi.

2.      Kethoprak sebagai fungsi pendidikan

Kethoprak adalah salah satu seni pertunjukan tradisional yang berfungsi sebagai media pendidikan atau sebagai tuntunan bagi para penonton yang menikmatinya. Di dalam setiap pementasan seni pertunjukan tradisional Kethoprak, pada intinya para seniman yang melakukannya mempunyai misi yang ingin disampaikan kepada penontonnya. Misi yang akan disampaikan itu bisa melalui dialog drama ketoprak ataupun melalui gerakan apabila itu berupa tarian.
Sebagi media pendidikan melalui transformasi nilai-nilai budaya yang ada di dalam seni pertunjukan kethoprak tersebut, maka para seniman betul-betul dituntut dapat berperan semaksimal mungkin atas peran yang didapatnya.

Kethoprak sebagai media pendidikan sebenarnya sudah terkandung pada hakekat seni pertunjukan kethoprak itu sendiri, dalam perwatakan tokoh-tokohnya, serta ceritanya yang secara utuh. Di dalam pementasan kethoprak biasanya tidak jauh berbeda dengan lakon-lakon wayang kulit maupun wayang orang. Hanya ditangan sutradaralah yang kadang-kadang diberi tambahan ataupun tergantungpada kreativitas sang sutradara. Sutradara yang jeli akan perkembangan zaman maupun kondisi lingkungan akan menambah atau memberikan nuansa yang berbeda, agar kethoprak yang dibinanya menjadi tontonan yang menarik.
            Di dalam dialog-dialognya seni pertunjukan ketoprak juga banyak mengandung nilai fungsi pendidikan baik melalui jalan ceritanya maupun gerakan-gerakan yang ditampilkan oleh pelakunya. Fungsi dialog yang paling menonjol adalah dialog-dialog yang membedakan misalnya antara juragan dengan para abdinya. Di dalam percakapan biasanya menggunakan tingkatan bahasa ngoko dan para abdinya menggunakan bahasa karma. Disinilah dapat dipetik bahwa di dalam pembicaraan dengan siapapun hendaknya selalu tanggap dengan kedudukan masing-masing,
           
Disamping fungsi pendidikan dilihat dari tutur kata berbahasa, juga dapat dilihat dari jalan ceritanya. Cerita yang ditampilkan oleh kethoprak (Balekambang-Surakarta) ternyata juga sering menampilkan cerita-cerita yang berasal dari cerita wayang, hanya kadang ditambah bahkan dirubah sedikit.

Misalnya, cerita Cupu Manik yang merupakan cerita wayang yang ditampilkan dalam bentuk kethoprak. Kethoprak sering menyampaikan pesan terhadap penontonnya. Oleh karena itu, sekarang tinggal penontonnya bagaimana mencerna dan menyerap jalannya cerita dari sisi baik dan buruknya, dan akhirnya berguna dalam hidupnya.

Fungsi pendidikan dapat diambil manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari misalnya juga nilai kerukunan keluarga Pandawa yang bisa diterapkan dalam keluarga.

1.      Ketoprak, media penerangan sebagai media kritik social

Dalam masa pembangunan seperti ini, seni pertunjukan kethoprakcukup efektif untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan, khususnya bagi masyarakat pedesaan atau masyarakt secara umum. Pesan yang ingin disampaikan sebagai contoh penampilan tokoh-tokoh para abdi/pembantu pada pertunjukan kethoprak. Mereka inilah yang menggambarkan figure-figur rakyat, sehingga bila kritik-kritik social atau media penerangan disampaikan melalui mereka.

Pesan-pesan pembangunan yang ingin disampaikan bisa dari berbagai topic sesuai dengan keinginannya. Misalnya topic tentang kebersamaan, kesetiaan, kepatuhan, bahkan dapat pula berupa kritikan social yang cenderung sering dilakukan oleh masyarakat masa kini. Misalnya issue akhir-akhir ini tentang masalah penegakan hokum, pemberantasan KKN dan sebagainya.
            Di samping itu dilihat dari tontonan yang dapat menyampaikan pesan-pesan niali, moral, pembangunan dan kritik sosial yang disampaikan lewat kesenian tradisional kethoprak.

Pertunjukan seni tradisional kethoprak di pedesaan juga berfungsi untuk menyebarkan informasi. Disini penonton dapat bertukar pikiran, dapat memperoleh informasi. Media pertunjukan seperti ketoprak sangat tepat untuk penyampaian kritik sosial. Karena kebanyakan masyarakat menganut paham paternalistik tentu sangat tabu apabila mengkritik secara langsung apalagi yang dikritik adalah pimpinan. Mengkritik dengan cara menyindir melalui tokoh-tokoh yang diperankan atau dialog-dialognya.

2.      Ketoprak sebagai hiburan atau tontonan

Fungsi ketoprak juga sebagai sarana hiburan atau tontonan. Kebanyakan orang menonton seni pertunjukan ketoprak bertujuan untuk mencari hiburan., melepas lelah, menghilangkan stress, dan bersantai ria. Kethoprak sebagai sarana hiburan biasanya pertunjukan begitu lepas dan tidak dengan pelaksanaan upacara ritual.
Sebagai contoh untuk memperingati hari kelahiran seseorang ditampilkan cerita seperti gatotkaca, lahirnya Parikesit, lahirnya Wisanggeni. Untuk memperingati hari perkawinan mengambil cerita perkawinan Abimanyu, Rabinipun Arjuna. Kethoprak disamping sebagai media hiburan karena kesenangannya akan seni pertunjukan tradisional, dengan melihat tontonan ini secara tidak langsung penonton diajak untuk mengerti maupun memahami sejarah yang disampaikan melalui jalan ceritanya.

G.      Perkembangan kesenian tradisional kethoprak di kota Surakarta
           Sekarang seni pertunjukan tradisional kethoprak semakin merosot peminatnya, akibat globalisasi. Fenomena seperti ini tidak semuanya terjadi pada kesenian tradisional jawa lainnya. Masih banyak juga kesenian tradisional yang sampai sekarang masih dinikmati masyarakat. Hanya saja banyak seni pertunjukan tradisional yang mengalami perubahan fungsi. Kethoprak semakin tergusur oleh kesenian lain seperti film, orkes melayu (dangdut), televisi dan kesenian yang berbau modern lainnya.

Kethoprak pada zaman 60-an sampai 70-an khetoprak masih mendapat sambutan yang banyak dari penonton. Tetapi sekarang pada kenyataannya kethoprak mulai tersisih. Didalam pertunjukan kethoprak di Surakarta sekarang tidak dipadati penonton, bahkan tempat hiburan tradisional banyak yang ditutup. Masih ada beberapa tempat yang masih digunakan untuk seni pertunjukan yaitu Taman Hiburan Sriwedari. Dalam Koran Suara Merdeka (Rabu, 16 Nopember 2005), pernah memberitakan bahwa taman hiburan Sriwedari akan dijual tetapi akhirnya taman tersebut berhasil untuk dipertahankan. Seandainya Taman Hiburan Sriwedari benar-benar dijual, sama saja menghilangkan pelestarian budaya.

Para seniman pun sekarang semakin kehilangan jati dirinya sebagai seniman. Karena harus menyesuaikan atau berkreasi dalam era global ini. Dulu pernah kethoprak disajikan di media elektronik seperti televisi dan radio yang dapat menarik perhatian masyarakat. Tetapi, sekarang melalui media elektronikpun semakin tersisih dengan adanya tayangan-tayangan yang lebih modern.

H.     Cara mensosialisasikan kembali kesenian tradisional di kota Surakarta
           Untuk melestarikan kembali kesenian kethoprak di Surakarta. Pemerintah Kota Surakarta diharapkan untuk mengadakan pagelaran seni khas Surakarta, seperti wayang kulit, wayang orang, kharawitan, tari-tarian khas Surakarta dan salah satunya adalah kesenian kethoprak. Pagelaran seni ini dilaksanakan pada saat Ulang Tahun Kota Surakarta secara besar-besaran sehingga masyarakat dapat ikut berpartisipasi dan juga menikmati acara tersebut. Apabila kegiatan seperti itu bisa dilaksanakan dengan baik. Kemungkinan besar dapat menunjukan kesenian budaya yang ada di Surakarta sehingga masyarakat lebih mengenal tentang kesenian tradisional.
           Acara pementasan di adakan di Taman Hiburan Sriwedari. Hal ini dikarenakan letak dari Taman Hiburan Sriwedari sangat strategis, dan mempunyai fasilitas yang mendukung untuk acara pagelaran seni ini. Isi acara ini menampilkan tari-tarian tradisional Surakarta, dan seni pertunjukan teater

Tidak ada komentar:

Posting Komentar